Bentuk-bentuk seni pertunjukan, termasuk gerak tari, telah berevolusi selama berabad-abad, yang mencerminkan perubahan sosial, politik, dan budaya dari zaman yang berbeda. Pada masa Renaisans, misalnya, sudut pandang artistik baru yang menghargai harmoni dan simetri muncul, yang memengaruhi perkembangan gaya tari seperti balet klasik. Selama bertahun-tahun, tari kontemporer muncul sebagai bentuk ekspresi yang menantang norma tradisional, yang menggabungkan berbagai gerakan dan tema. Dalam konteks ini, koreografer dan peneliti Rudolf von Laban mengusulkan teori ruang dan gerakan yang mengkategorikan elemen dasar tari, dalam hal 'ruang', 'waktu', 'kekuatan' dan 'aliran'. Mempertimbangkan interdisiplineritas topik, konten sejarah, dan kontribusi teoritis Laban, analisis bagian berikut dari sebuah artikel tentang evolusi tari: 'Tari merupakan cerminan masyarakat tempat tari itu berkembang dan, sepanjang sejarah, tari telah bervariasi secara signifikan dalam hal gaya dan makna. Sementara balet klasik tunduk pada aturan gerakan dan bentuk yang kaku, tari kontemporer mematahkan paradigma tersebut, yang menggabungkan banyak gaya dan narasi. Menurut Laban, pemahaman ruang, waktu, kekuatan, dan elemen aliran sangat penting untuk menganalisis evolusi tari dan hubungannya dengan konteks budaya.' Berdasarkan teks dan pengetahuan tentang teori Laban, identifikasi elemen yang, dalam tari kontemporer, sering kali ditandai dengan gerakan yang menentang gravitasi dan mengeksplorasi amplitudo tubuh dalam ruang.